Jurnal5.com
Sabtu, 14 Desember 2024, Desember 14, 2024 WIB
Last Updated 2024-12-13T17:15:58Z
Kabupaten Indramayu

Wamen Transmigrasi Pimpin Ziarah di Makam Pionir Transmigrasi di Kecamatan Sukra, Indramayu

Advertisement



Jurnal5.com - Indramayu, Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi bersama jajaran Kementerian Transmigrasi (Kementrans) mengadakan ziarah dan tabur bunga ke makam para pionir transmigrasi yang terletak di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Selasa (10/12/2024).

Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa besar mereka dalam membuka jalan bagi program transmigrasi di Indonesia.

Ziarah ini diawali dengan prosesi upacara, Wamen Transmigrasi Viva Yoga Mauladi bertindak sebagai Inspektur Upacara. Ziarah juga diikuti jajaran Forkopimda Kabupaten Indramayu, ASN, TNI, Polri dan perwakilan masyarakat. Seusai ziarah kemudian dilanjutkan dengan bakti sosial berupa penyerahan santunan bagi penjaga makam, keluarga ahli waris, dan anak yatim di sekitar makam.

Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi menyampaikan bahwa perjuangan para pionir transmigrasi telah menjadi fondasi penting bagi pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah terpencil dan minim akses.

“Kita berada di sini untuk mengenang jasa para pionir yang telah memberikan sumbangsih besar dalam menghidupkan program transmigrasi. Semangat mereka menjadi inspirasi untuk terus memajukan daerah-daerah tujuan transmigrasi,” ujar Viva.

Melalui kegiatan ziarah ini, pemerintah berharap masyarakat tidak hanya mengenang jasa para pionir, tetapi juga melanjutkan semangat gotong-royong untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Sekilas Sejarah Pioneer Transmigrasi di Sukra

Pada awal tahun 1950-an, Kecamatan Sukra menjadi salah satu lokasi strategis dalam pelaksanaan program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah. Program ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk di Jawa serta membuka lahan baru untuk pertanian dan permukiman.

Para pionir transmigrasi di Sukra, yang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa, menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, hutan lebat, dan minimnya sarana komunikasi. Namun, dengan semangat pantang menyerah, mereka berhasil mengubah wilayah ini menjadi salah satu pusat pertanian yang produktif.

Makam para pionir ini menjadi simbol perjuangan mereka dalam mendukung pembangunan bangsa. Hingga kini, warisan semangat mereka terus dikenang dan menjadi motivasi bagi generasi penerus.

Kegiatan ziarah ke makam pionir transmigrasi adalah agenda rutin setiap tahun yang merupakan upaya untuk mengenang peristiwa kecelakaan salah satu rombongan bus transmigran asal Kabupaten Boyolali menuju UPT Rumbiya, Sumatera Selatan, yang terjadi pada tanggal 11 Maret 1974 dini hari di Desa Sukra, Kabupaten Indramayu.

Dalam peristiwa ini mengakibatkan korban meninggal sebanyak 67 orang yang merupakan awal mula program transmigrasi yang dijalankan oleh pemerintah sebagai langkah untuk penyebaran pembangunan di Indonesia. (WN)